Jambitransnews.com,- Siang itu teriknya matahari bukan main. Mentari Padang Bolak, kampung ku, sedang ganas-ganasnya di puncak langit. Sinarnya terasa memanggang yg membakar kulit. Korbannya banyak gadis terserang 'tabur longa' semacam noda hitam menempel di wajah. Untuk menutupi itu, bila ada resepsi di malam hari, mereka melapisi wajahnya dgn bedak paris setebal dua senti yg disebut "cantik malam:'
Sejak belia kami anak-anak sdh aktif membantu orangtua. Apalagi hari Minggu libur semua anak sekolah tumpah ruah ke sawah. AnakbSMP ikut bergelut di tengah sawah, sementara yg SD ditugaskan jaga adik bayinya di ayunan. Dua batang bambu berjarak ditancapkan, kemudian disambungkan selendang dan si bayi bobo di cekungan kain itu. Ayunan itu ditempatkan di bawah pohon bambu yang rimbun.
Sebelum dijaga sang kakak, si ibu terlebih dahulu meninabobokkan anaknya dgn tembang yg teramat syahdu yg menyinggahi kalbu. Tembang itu kami sebut marbue atau semacam kidung di tanah jawa.
Syair marbue itu hampir seragam: "Ellalloda, modom dipapodom ma ho amang, simbur ma godang ma ho da anak ku amang. naron kehe hita mardalanan tu oppung bayo an......masih panjang liriknya yg intinya, bobolah buah hati ku, lekaslah besar...jadilah anak berguna kebanggaan orangtua...nanti kita jalan-jalan ke rumah nenek, keluarga perempuan. umumnya istri tinggal di kampung suami.Jadi hari hari tertentu berkunjung ke rumah oppung bayo.
Setelah si anak tertidur, si ibu beranjak memacul ke tengah sawah, setelah pagi harinya marlocca, yakni menggemburkan tanah dgn puluhan ekor sapi/kerbau.
Tak ada rasa lelah di wajah ibu itu. Ia dihinggapi semangat yg tinggi dgn membayangkan nasib buruk anak-anaknya bila tidak sekolah. sementara sumber pendapatan hanya dari sawah. Makanya saat marbue anaknya dalam pengantar tidur tergambar sebuah harapan besar seorang ibu pada anak-anaknya!.
Penulis : Erman Tale Daulay